Brace untuk Koreksi Tulang Belakang

Senin, 06 Agustus 2018 - 11:40 WIB
Brace untuk Koreksi...
Brace untuk Koreksi Tulang Belakang
A A A
SKOLIOSIS merupakan kelainan pada rangka tubuh berupa kelengkungan tulang belakang. Kondisi ini bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa dan bisa berubah menjadi serius seiring pertumbuhan anak.

Pada orang dewasa, skoliosis dapat terjadi, sekalipun tidak memiliki sejarah kondisi ini karena degenerasi pada tulang belakang dan faktor usia yang bertambah tua. Jika skoliosis dapat terdeteksi atau ditemukan lebih awal, pasien dapat menghindari gejala kondisi yang lebih parah.

Bila dibiarkan saja tanpa penanganan atau perawatan, skoliosis terkadang perlu diambil tindakan pembedahan. Sayangnya, masyarakat masih kurang menyadari pentingnya edukasi skoliosis, padahal prevalensi skoliosis semakin meningkat, yaitu sekitar 3% di dunia dan 4%- 5% di Indonesia.

“Skoliosis dapat terjadi sejak balita dan kanakkanak, yaitu usia 0-3 tahun (infantile ), 4-9 tahun (juvenile ), 10-19 tahun (adolescent ), dan lebih dari 19 tahun (adult ),” beber Dr dr Ninis Sri Prasetyowati SpKFR, konsultan ahli dari Klinik Scoliosis Care, dalam seminar media. Progresivitas skoliosis terjadi pada umur 10-18 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, skoliosis lebih banyak terjadi pada perempuan. “Dari keseluruhan skoliosis yang terjadi, 80% merupakan skoliosis idiopatik,” imbuhnya. Dalam presentasinya, dia memaparkan, skoliosis dapat terjadi karena faktor genetik, kelainan kongenital atau bawaan dari lahir, kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis, dan habitual atau kebiasaan dalam membawa barang berat.

Deteksi skoliosis secara akurat dan dini penting untuk dilakukan dengan mengecek dari belakang apakah adanya tonjolan pada tulang bahu, pinggang, dan pinggul yang memiliki kurva tidak seharusnya. Ada berbagai cara perawatan skoliosis, salah satunya dengan terapi nonoperasi. Terapi nonoperasi dikatakan sebagai harapan baru bagi pasien skoliosis karena dapat mengoreksi kurva derajat yang besar.

Umumnya terapi nonoperasi yang dilakukan yaitu penggunaan brace, exercise , dan latihan fisik dengan alat fisioterapi untuk mengurangi rasa nyeri. Brace sangat berperan mengoreksi kurva, terutama bagi pasien yang memiliki kurva lebih dari 30 derajat, ditambah melakukan exercise sesuai bentuk kurva, bukan exercise konvensional.

Mengenai jenis dan efektiftidaknya penggunaan brace, Labana Simanihuruk BSc, brace & rehab clinician, mengemukakan, brace secara klinis terbukti dapat mengurangi lengkung atau kurva pada kasus umum skoliosis dan kifosis, mengurangi sakit, memperbaiki postur tubuh, memperlambat pertumbuhan kurva pada anak, memperbaiki bentuk tubuh dengan mengurangi tonjolan tulang iga, serta menyejajarkan bahu dan pinggang.

“Di Klinik Scoliosis Care, kami bekerja dengan akurasi tinggi, mulai mendeteksi secara teliti mengguna kan scolio meter dan metode adam test pada tahap awal. Bila didapatkan tanda-tanda skoliosis, dilakukan pengecekan menggunakan X-ray . Kami menggunakan metode X-ray PA lateral dan lateral dengan Ferguson Technique ,” kata Labana.

Setelah itu, ditentukan terapi yang tepat dan sesuai dengan tujuan. Ada lima jenis brace yang dapat digunakan sesuai kondisinya, yaitu scolibrace yang juga digunakan sebagai koreksi skoliosis, lumbar brace/elderly brace untuk dewasa atau manula yang mempunyai denovo skoliosis, kypho brace bagi pasien kifosis, scolinite untuk anak-anak dengan derajat kurva < 20, dan hybrid kypho-scoliosis brace untuk pasien skoliosis dan kifosis.

Terapi nonoperasi merupakan harapan baru bagi pasien yang tidak ingin melakukan operasi. Terapi nonoperasi dapat memberikan hasil koreksi yang maksimal jika pasien menggunakan brace yang tepat, patuh melakukan exercise dan latihan fisik sesuai anjuran.

“Misalkan, pasien dengan kurva 50 derajat tidak harus melakukan tindakan operasi, tapi bisa menggunakan brace, dengan catatan brace yang digunakan harus tepat dan exercise yang dilakukan juga bukan konvensional, melainkan melakukan exercise sesuai bentuk kurva pasien,” kata dr Ninis.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1150 seconds (0.1#10.140)